Pentingnya Vaksinasi Rabies pada Anjing di Jawa Barat

10 April 2013 - 23:29
Oleh drh. Yusni (25 Maret 2013)
Pentingnya Vaksinasi Rabies pada Anjing di Jawa Barat

Rabies/anjing gila/lyssa merupakan penyakit hewan menular yang disebabkan oleh virus, bersifat akut serta menyerang susunan syaraf pusat hewan berdarah panas dan manusia, sangat ditakuti karena bersifat zoonosa (menular dari hewan ke manusia) serta sangat berbahaya karena belum ada obatnya dan mengganggu ketenteraman hidup masyarakat.  Apabila gejala klinis sudah timbul selalu diikuti dengan kematian baik pada hewan mau pun manusia. Di Jawa Barat sampai sekarang masih menjadi daerah tertular Rabies.

Penyebab
Virus rabies merupakan virus RNA (asam ribonukleat) yang termasuk dalam kelompok Rhabdovirus dan genus Lyssa.  

Hewan Rentan
Semua hewan berdarah panas dapat menularkan rabies.  Di Indonesia hewan yang pernah dilaporkan terserang rabies adalah anjing, kucing dan kera serta hewan lainnya seperti sapi, kerbau, kuda, kambing, leopard, meong congkok dan musang.  Tetapi yang paling potensial menyebabkan rabies adalah anjing (90%), kucing (6%) dan monyet (3%). Selanjutnya anjing, kucing dan monyet/kera serta hewan sebangsanya disebut Hewan Penular Rabies (HPR).

Penularan Penyakit
Virus rabies masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan melalui :
a. Luka gigitan hewan penderita rabies.  Oleh karena itu bangsa carnivora adalah hewan yang paling utama bertindak sebagai penyebar rabies.
b. Luka yang terkena air liur hewan atau penderita rabies

Penggigitan tanpa provokasi terjadi jika hewan tiba-tiba menggigit tanpa sebab yang jelas.  Penggigitan tanpa provokasi diindikasikan sebagai dugaan rabies.  
Beberapa ahli mengatakan bahwa dalam satu kejadian, jika seekor anjing menggigit tanpa provokasi terhadap lebih dari satu orang, maka kemungkinan hewan yang menggigit tersebut menderita rabies semakin besar, misalnya :

  • Satu ekor anjing menggigit 2 orang, maka peluang hewan penggigit menderita rabies adalah 50%.  
  • Satu ekor anjing menggigit 3 orang, maka peluang hewan penggigit menderita rabies adalah 75%,
  • Satu ekor anjing menggigit lebih dari 4 orang, maka peluang hewan penggigit menderita rabies adalah 100%.


Gejala Penyakit
Masa inkubasi berlangsung beberapa hari, rata-rata 14 hari, sampai beberapa bulan bahkan dapat sampai 2 tahun atau lebih.  Masa inkubasi pada anjing dan kucing antara 3 - 8 minggu dengan variasi 14 hari - 6 bulan, jarang kurang dari 6 minggu atau 4 bulan.

Masa inkubasi tergantung pada :
a. Jumlah virus yang masuk melalui luka, dapat dilihat dari parah atau tidak serta banyaknya luka;
b. Letak luka gigitan; semakin dekat ke otak semakin pendek masa inkubasinya;
c. Persyarafan di tempat luka gigitan; misalnya gigitan di jari atau genital, yang mengandung banyak jaringan syaraf, maka masa inkubasi semakin pendek;
d. Virulensi dari virus rabies.

Dari tempat masuknya (luka gigitan), virus rabies berjalan menuju otak melalui jaringan syaraf perifer.  Kecepatan virus rabies adalah 3 mm/jam.  Kemudian virus rabies berkembang di sel-sel syaraf terutama di hypocampus, sel-sel Purkinje dan kelenjar ludah.  Pada anjing 3 - 5 hari sebelum gejala klinis terlihat, kelenjar ludah sudah mengandung virus dan akan terus infektif selama hewan sakit.

Gejala klinis rabies pada anjing dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu :
a. Fase prodromal atau fase melankolik :

  • Berlangsung 2 ~ 3 hari
  • Hewan mencari tempat yang dingin dan menyendiri, tetapi dapat menjadi agresif dan nervous.  Reflek kornea berkurang atau hilang.  Pupil meluas dan kornea kering.  Tonus urat daging bertambah (sikap siaga atau kaku).

b. Fase eksitasi :

  • Berlangsung 3 ~ 7 hari
  • Hewan akan menyerang siapa saja yang berada disekitarnya dan memakan barang yang aneh-aneh (pika).  Dengan berlanjutnya penyakit maka mata menjadi keruh dan selalu terbuka diikuti inkoordinasi dan konvulasi

c. Fase paralisa :

  • Berlangsung 10 ~ 12 hari
  • Kornea mata kering, mata terbuka dan kotor, semua reflek hilang dan hewan mati



Status kabupaten/kota di Jawa Barat berdasarkan kejadian penggigitan, klinis, laboratoris dan epidemiologi rabies pada hewan adalah sebagai berikut :
a. Daerah tertular rabies :
Di Kab. Sukabumi, Cianjur, Garut dan Tasikmalaya serta Kota Sukabumi dalam lima tahun terakhir terjadi kasus positif rabies pada anjing liar.

b. Daerah terancam rabies :

  • Di daerah ini sudah lebih dari 5 tahun tidak terjadi kasus positif rabies pada hewan namun lokasinya berbatasan langsung dengan daerah tersangka atau daerah tertular rabies.
  • Kab. Subang, Majalengka, Kuningan, Bandung, Sumedang dan Ciamis serta Kota Cimahi, Tasikmalaya dan Banjar termasuk dalam kelompok ini.


c. Daerah bebas rabies :

  • Sudah lebih dari 10 tahun tidak terjadi kasus positif rabies pada hewan.
  • Kabupaten Bogor, Bekasi, Purwakarta, Karawang, Cirebon dan Indramayu serta Kota Bogor, Depok, Bekasi dan Cirebon termasuk ke dalam kelompok ini.



Pemberantasan Rabies Pada Hewan Fokusnya adalah :
1. Mencegah terjadinya penggigitan HPR, khususnya anjing, kepada manusia :

a. Tidak ada anjing yang berkeliaran :

  • Anjing dipelihara di halaman, tidak keluar pagar.  Anjing dirantai di  dalam halaman rumah.
  • Meningkatkan kewaspadaan tamu atau pengunjung.  Pagar rumah diberi tulisan peringatan “AWAS ANJING GALAK”
  • Tidak ada anjing liar/diliarkan.  Caranya adalah  memusnahkan, depopulasi atau eliminasi anjing liar/diliarkan.
  • Menghilangkan atau mengurangi sumber makanan bagi anjing liar dengan cara tidak membuang sisa makanan ke tempat terbuka atau tempat sampah selalu dalam keadaan tertutup.
  • Jika memelihara anjing, cukup 1 ekor saja sehingga anjing tersebut lebih terpelihara dengan baik.
  • Reproduksi anjing dihambat dengan pengebirian anjing jantan atau sterilisasi anjing betina


b. Jika ada anjing HPR peliharaan di jalan, kondisinya tidak membahayakan, misalnya anjing dibrongsong.

2. Jika terjadi penggigitan oleh HPR peliharaan, maka HPR peliharaan yang menggigit berstatus tidak membahayakan karena telah divaksinasi rabies secara teratur setiap tahun.

3. Jika terjadi penggigitan oleh HPR, maka harus ada tindakan yang mampu menyelamatkan manusia dari bahaya rabies :
a. Pertolongan pertama pada penderita gigitan dengan cara Pasteur Treatment.
b. Observasi hewan tersangka rabies : selama 14 hari hewan dikurung dalam kandang, diberi makan dan diamati setiap hari.

Penanganan korban penggigitan :
a. Pertolongan pertama dengan cara Pasteur Treatment :

  • Luka gigitan dicuci dengan sabun deterjen pada air yang mengalir selama 5 - 10 menit.  Air sabun diharapkan dapat membuat lisis (hancur)  envelope virus rabies yang tersusun dari lemak.
  • Luka dikeringkan dan diberi jodium tincture atau alkohol 70%.

b. Membawa korban gigitan ke Puskesmas, Rumah Sakit atau unit pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapat pertolongan lebih


Oleh :  drh. Yusni (25 Maret 2013)

Kirim ke teman Cetak Komentar
Penilaian Saya:
Artikel Selanjutnya:

Suara Kita Terkini

Komentar Terakhir